Aku tak berani banyak bicara dalam mobil. Bokeb Cara berjalan itu, demikian menggetarkan dada. Dengan ciuman bertubi-tubi dan dorongan dadanya pula, ia menggerakkan aku ke arah ranjang dan menindihku dengan gencar, masih dengan ciumannya yang makin beringas.“Susuku. Bu Astrid mendekatiku dan mengalungkan kedua tangannya ke leherku. Entah kenapa ia begitu. Saya punya bayi usia 3 bulan”Tiba-tiba Bu Astrid melemparkan satu amplop tebal ke kursi di sebelahku. Di malam hari suasana cottage itu syahdu benar, dengan tanaman rindang, lampu redup di seputaran cottage dan deburan ombak laut tak jauh dari cottage. Dan aku benar. Tank-top merah ketat yang dikenakan membiarkan lekuk-lekuk dadanya terlihat jelas. Ia seorang lelaki tua, bos sebuah perusahaan peralatan masak di Surabaya.“Kamu tetangga Pak Supandi?” Tanya Pak Gino.“Benar, Pak. Saya tidak ingin mengganggu kesempurnaan suasana ini,” kataku.“Begitu?” kata Bu Astrid pelan, meletakkan gelas di meja di sebelahnya.




















