Lia juga sepertinya sudah hot dari tadi, begitu kusosor dia langsung bereaksi postif.“Gue lepasin CD-nya ya..?”
Lia tidak menjawab, lagi-lagi hanya tersenyum, wajahnya merah. Doi kecewa, karena saat film-nya kuproses (tentu saja kuproses di kamar gelap sendiri, karena aku tidak berani untuk ke lab foto, takut beredar diluar kontrolku), dari lima rol, dua rol gagal. Bokep China Nah.., yang satu itu aku terobsesi sekali.Kebetulan temanku si Ivan dapat merealisasikan obsesiku itu. lu kurang ajar banget deh..!” katanya sambil berusaha melepaskan dekapan si Ivan. Tempat kostku telah kusulap menjadi studio dadakan. Mengikuti permainannya yang keras, aku pergencar remasan tanganku ke buah dadanya, putingnya kupilin-pilin. “Yang hot ya..?” pintaku, Lia tersenyum malu-malu.Aku kembali ke belakang kamera. “Please.., jangan potretin lagi deh..!” pinta Lia. Lia kusuruh untuk tetap menungging. Lalu pelan-pelan dilepaskannya benda berenda tersebut, gerakannya seksi sekali.Kini aku dapat melihat sesuatu yang berwarna coklat muda mengintip di antara tali-tali Kamisol-nya.




















