“Kemana?”
“Rumah. Vidio Porno “Bener?”
“Iya. Setelah itu aku mulai tertarik mencuri-curi pandang. Macam-macam saja ulah mereka, maklumlah sudah saat kampanye terakhir buat partai-partai di Jakarta ini. Aku arahkan mulutku ke lehernya, ke pundaknya, lalu turun ke buah dadanya yang indah, besar, montok, kencang, dengan puting yang memerah. Kantornya “x” (nama koranku), khan. Mikha terpejam dan kudengar nafasnya mulai agak terasa memburu, kami berdua terbenam dalam ciuman yang hangat membara. Padahal diproyeksikan untuk menjadi calon presiden. Mikha mengangguk perlahan. Mikha meminta satu rokokku. Kemana lagi?”
“Kita ke pantai saja yuk. Aku keluarkan ujung lidahku yang lancip lalu kujilat dengan lembut klitorisnyana. Ini mungkin karena ukuran batang kemaluanku yang menurut Mikha besar, panjang dan kekar. Jangan malah…” Teriak salah seorang temannya. Mikha mengangguk perlahan. Aku keluarkan kartu persku, tergantung di leher. Waktu terus berlalu.
